Kamis, Juli 29, 2010

Memandang cakrawala

Seorang guru pernah mengatakan "Pergilah belajar ke luar negeri jika kesempatan itu datang". Di sana katanya akan engkau temui banyak hal yang belum pernah engkau lihat. Guru yang lainpun pernah berkata "rajin-rajinlah engkau membaca buku, karena buku itu adalah jendela dunia". Di sana katanya akan engkau ketahui banyak hal yang belum pernah engkau sadari sebelumnya.

Mata kita adalah pintu penghubung antara pikiran dan alam semesta. Antara jiwa dan sekitarnya. Berkat mata ini, kita lihat beragam bentuk juga aneka warna. Kita lihat wajah-wajah manusia yang dengan ajaibnya memiliki anatomi yang berlainan. Mata melihat yang jauh dan yang dekat. Mengamati tidak hanya benda kecil, tapi juga benda sebesar andromeda. Ia adalah teropong yang selalu terbuka dan menyala. Penghibur dan teman setia dikala mana kita terjaga.

Mata adalah jendela dunia dalam pengertiannya yang hakiki. Tanpa mata dunia ini gulita.
Tanpa kesempurnaan mata, dunia ini seperti televisi hitam putih yang tidak mengenal lucunya pink, tegarnya biru, sejuknya hijau, sayunya kelabu, serta riangnya kuning dan oranye. Apalah artinya pelangi selepas hujan reda jika mata tertutup dan absen bekerja.

Mata ternyata ga semata menangkap bayangan dan cahaya. Ia juga mencetak rasa di ruang jiwa dan meninggalkan jejak yang kadang susah dihapus. Gambar yang ditangkap mata bisa mengkerutkan perasaan dan merinding bulu roma. Rasakanlah sendiri apa yang kau rasa saat melihat arakan awan, bentangan laut yang bertemu di ujung cakrawala langit, juga deburan sungai jenih yang tak mau berhenti berlarian dan membelah pegunungan.

Dengan membaca terbentuk pula prasaan-perasaan halus yang tak terduga. Dengan mengeja tulisanpun ternyata bisa kita lihat banyak peritiwa dunia. Biar tinggal di kamar sempit beratap rendah, jangan biarkan diri kita melemah dan tidak sanggup memandang cakrawala.

0 komentar:

Posting Komentar