Rabu, Agustus 11, 2010

Perubahan di Ramadhan

Ini adalah ramadhan pertama saya bersama 'telaga langit'. Blog baruku yang sederhana. Dan kalo diliat dari sejumlah tulisan yang ada di sini, maka judul ini adalah judul ke-4 yang aku tulis sejak blog ini lahir dari rahim emak Google, Juli 2010. Seperti halnya pada blog ini, aku juga menaruh harapan yang besar pada Ramadhan yang satu ini. Biasa lah, kebanyakan manusia kali senang menunggu momen yang tepat buat melakukan perubahan. Padahal dia bisa melakukan itu kapanpun kalo sebenarnya dia mau.

Tapi banyak fasilitas di bulan ini sebenarnya yang membuat ramadhan selalu pas dijadikan momentum untuk merubah diri. Ada seperangkat alat dukung yang sangat membantu untuk mempermudah pencapaian target yang ingin kita raih. Setidaknya ada 3 'alat dukung' yang bisa saya rangkum, yaitu : 1. kejernihan pikiran; 2. semangat berbuat; dan 3. lingkungan yang kondusif.

Perubahan selalu ditunggu untuk hadir. Tanpa perubahan segala sesuati menjadi monoton dan membosankan. Tapi perubahan mestilah berarti dan memuat penambahan nilai. Dari buruk menjadi baik, dan dari baik menjadi semakin baik. dari sempurna menuju inovasi penyempurnaan. Oleh karena itu diperlukan kejernihan berpikir yang menjadi sumber mata air perubahan. Di ranah ini gagasan tentang perubahan mulai muncul untuk kali pertama. Kemudian ada ilmu yang menjadi pemimpin perbuatan. Kejernihan adalah salah satu syarat untuk memperoleh perubahan yang diharapkan. Karena dari kejernihan sikap objektif lebih mudah dilakukan. Minim unsur sugesti atau prasangka. Kejernihan juga menuntut digunakannya 'helicopter view', bukan sudut pandang dari satu pojok sempit dan satu arah.

Kejernihan adalah buah dari penaklukan hasrat badaniah. Tabir-tabir kebenaran yang selama ini tertutupi jauh lebih mudah disingkap dalam keadaan puasa. Selain karena supply oksigen ke organ otak lebih lancar, jiwa manusia pada saat puasa selalu termotivasi untuk berpikir yang baik-baik saja. Jiwa manusia yang telah terkondisikan dengan puasa adalah wadah yang dibersihkan dan haus diisi oleh keridhaan Tuhan. Maka jadilan unsur-unsur jernih yang tersebar di semesta ini dengan mudah diabsorpsi olehnya, sambil menggantikan dan membuang kotoran-kotoran yang ada di dalam.

Jika pemahaman seseorang terhadap wahyu Illahi benar, maka ketika puasa ramadhan pasti dia akan memiliki semangat berbuat. Ini adalah alat bantu kedua, perangkat lahiriah yang memancing agar perubahan muncul ke permukaan. Berbuat tidak sekedar berbuat. amal tidak sekedar begerak. Tapi ia harus berupa perbuatan yang kaya dengan semangat. Kenapa mesti bersemangat? Karena semangat adalah kobaran yang membuat orang mau mengulang-ulang perkerjaan, meneliti lebih dalam, berbuat lebih banyak, memperbaiki lebih sempurna,dan berlari secepat angin. Pahala yang Tuhan obral di bulan ramadhan adalah pendorong agar semangat berbuat terus berkobar. Setiap detik yang berharga di bulan ramadhan adalah umpan bagi para hamba untuk memanfaatkannya dengan kesibukan perubahan. Desahan nafas yang dinilai sebagai dzikir adalah penyentil perasaan halus manusia agar selalu 'awas' dengan keadaan yang sekarang. Semangatlah berbuat! jangan asal-asalan dan angin-anginan. Sebab nafsu dan kebodohan itu raksasa kuat yang hanya bisa ditumbangkan dengan semangat berbuat.

Dan pada akhirnya, berterima kasihlah karena lingkungan yang kondusif di sekitar kita. Bukan lingkungan nyaman yang kita cari sebenarnya. Karena inspirasi untuk perubahan itu malah seringkali tidak hadir di lingkungan yang serba nyaman. Bagaimana seorang anak bersemangat buat memiliki rumah luas jika dia sudah berpuas diri dengan rumahnya sekarang yang sempit.
Inspirasi yang selalu hidup. Seperti apapun lingkungannya. Di ramadhan langkah kita ke mesjid semakin ringan karena orang-orangpun berbuat demikian. Di ramadhan membaca al qur'an bisa kuat semalaman karena orang-orangpun berbuat demikian. Di ramadhan infak rasanya mudah toh kotak-kotak amalpun memang berserakan.
Oleh karena itu pula, hati-hatilah dengan lingkungan yang membuat kita selalu terlambat, selalu tertinggal, selalu berbuat tak bermanfaat, selalu bicara tak berujung pangkal. Inilah ramadhan, kita jadikan dia momentum perubahan.

0 komentar:

Posting Komentar