Sudah setahun sejak Hanan dimasukkan ke pesantren. Rasanya baru kemarin saja...
Menyekolahkan anak ke pesantren adalah revolusi besar tidak cuma bagi kehidupan si anak, tapi juga bagi orang tuanya. Bagi orang tua, ada perubahan besar-besaran pada suasana rumah. Tidak ada lagi sosok dia yang sulit bangun pagi, hilang sosok dia yang seringkali rajukannya merepotkan, ga ada suara-suara pertengkaran dia dengan adiknya di siang dan malam, tidak ada keberadaan dia yang selalu menagih uang jajan. Rasa kehilangan ini akan terasa sangat kuat di hati ibunda yang dominan sering di rumah. Karena mereka begitu dekat sejak bayinya, karena mereka selalu bersama baik di suka atau dukanya. Karena mereka sering bertengkar dan berbaikan sebanyak ribuan kalinya.
Buat ibu, melepas anak sekolah di pesantren adalah perjuangan berat. Karena ia berarti melepas kelekatan yang terbangun belasan tahun. Sebab ibu akan berpisah tidak cuma dengan sosok anak kesayangan, tapi juga sahabat terbaiknya. Meski lokasi pesantren tidak terlalu jauh, tapi momen perpisahan ibu dan anak bukanlah perkara yang mudah. Terbayang masa-masa kecil si anak di pelupuk mata sejak dia masih merah baru keluar dari kandungan. Terbayang berjibakunya ibu mengurus kebutuhannya siang dan malam. Uniknya, biasanya terbayang di benak ibu itu masa-masa ketika ia tidak sanggup membendung kemarahannya, atau kejadian-kejadian lain yg akhirnya mengundang seribu satu penyesalan. Oleh sebab itu sayapun kagum pada istri yang mengatakan kepada anak kami, saat pelukan dan lautan airmata perpisahannya tahun kemarin "kami menyekolahkan kamu ke pesantren bukan karena kami ingin jauh darimu, bukan karena kami tidak sayang. tapi justru karena tahu keterbatasan kami dalam mendidikmu dan kami sangat menyayangimu"
Kira-kira sejam lepas kepergian kami, istri masih menangis. Beberapa malam selepas hari pertama pesantrenpun kami kerap merindukan anak kami itu, kami selalu membicarakan masa lalunya yang lucu dan menggemaskan. Setahun berlalu alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Di tengah-tengah itu tentu ada bahagia karena ketemu saat kunjungan, lalu diakhiri lagi dengan tangis sedih perpisahan. Tapi makin ke sini, kami semakin terbiasa dengan rutinitas ini. Kami semakin sabar dan saling memahami jalan perjuangan ini.
Alhamdulillah...
Sabtu, Juni 29, 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar