Pagi hari ini istri dan anak-anak menghabiskan waktu tanpa tidur. Saya senang dengan keadaan ini, melihat mereka tetap aktif di pagi hari padahal biasanya selepas shalat shubuh dan tilawah sebagian besar mereka kembali ke peraduannya di kamar. Entah kenapa pagi ini berbeda, mungkin malemnya sudah puas istirahat. Mungkin pagi ini terlalu segar dan berharga buat dilewatkan di dalam pelukan selimut. Tapi yang pasti semuanya sekarang ini lagi tertarik ke layar hp masing-masing :)
Saya mikir Panjang jadinya….tentang bagaimana masa kanak-kanak dulu, generasi saya menghabiskan waktu banyak di luar rumah. Selepas shubuh jalan-jalan keluyuran. Pengalaman saya pasti ga sebanyak anak-anak zaman sekarang. Bayangin aja, ga ada aneka video youtube yang bisa kami tonton, gonta ganti channel dan hiburan. Ga ada video-video tiktok, ga ada games, ga ada meme2 lucu seperti yang disediakan gadget di rumah seperti sekarang ini. Kami dulu ya cuma kejar-kejaran di gang. Liat mobil-mobil yang lewat di pinggir jalan.
Tapi somehow saya yakin, pengalaman yang kami rasakan tak kurang berkesan dengan pengalaman anak-anak kami yang sepertinya lebih diramaikan oleh aneka hiburan. Biar ga banyak tontonan tv apalagi hiburan digital non stop, saya yakin generasi saya tu sama sekali ga kekurangan pengalaman berkesan di masa kecilnya. Pengalaman-pengalaman yang jadi kenangan seru ga mudah dilupakan sampe dewasa.
Kenapa ko bisa begitu?
Karena ragam aktivitas yang kami lakukan di era itu melibatkan semua motorik dan indera kami yang sedang aktif bertumbuh. Kami tidak cuma duduk statis, tapi kami berjalan, berlari, merunduk, melompat, jongkok, melempar. Dulu itu, indera kami yang aktif tidak cuma mata, tapi semua indera terlibat dalam membentuk pengalaman kami agar utuh dan sempurna. Kulit merasakan hawa dingin di luar rumah yang lalu beranjak hangat seiring naiknya matahari pagi, hidung kami menciumi bau-bauan tanah, rumput, atau asap daun yang dibakar, telinga kami menangkap teriakan panggilan kawan, ledakan petasan, daun-daun yang bergesekkan serta cuitan burung-burang yang baru berangkat dari peraduan. Ada senyap suara jutaan serangga yang tidak terdengar tapi kamu tau ada karena mereka merayap di mana-mana.
Iya emang sih waktu SD mulai tenar game digital, Nintendo dan Sega. Ajaib permainannya buat anak seusia kami, Mario Bross dan Contra jadi legend. Kalo main ke temen sekolah pasti orientasinya maen gamae tersebut. Pernah pas saya mau tidur menyempatkan diri minta ke bapak buat membelikan Nintendo. Kalo ga salah harganya waktu itu 125 rebu, tapi ditolak abis sama beliau. Tapi kemudian saya tidak menyesali kejadian sesudahnya. Karena saya masih bisa membentuk pengalaman sendiri yang penuh kesan gembira.
Era SMA saya punya computer sendiri. Di dalamnya ada game2 Nintendo, sega, bahkan game-game ding dong. Saya banyak menghabiskan waktu main game (tapi ga full time semacam addict gitu). Tahukah apa yang bisa saya ambil kemudian sebagai pelajaran?
Saya justru kurang mengenang aktivitas bermain game sebagai kegiatan yang memiliki kesan mendalam. Sebaliknya aktivitas yang melibatkan lebih banyak indera, aktivitas yang menuntut otot-otot motorik lebih banyak menghasilkan kesan yang jauh lebih mendalam dalam benak. Oleh karena itu saya yakin, pengalaman berkesan itu terbentuk oleh 2 factor. pertama faktor indera dan otot motorik. Aktivitas yang melibatkan lebih banyak kedua hal ini akan lebih berpeluang untuk meraup kenangan yang lebih kuat tertancap dalam memori. kedua, factor 'kehadian' atau 'presence'. Ini ada kaitannya dengan factor pertama. Pikiran yang hadir dalam setiap peristiwa yang dialami membuat peristiwa tersebut lebih tersimpan lebih dalam di ruang memori kita.
Tampaknya, sebuah pengalaman menjadi utuh, berkesan, seru, menyedihkan, mengundang senyum, dan sebagainya itu terbentuk karena indera-indera kita terlibat hadir. Setiap bau yang dicium, suara-suara yang didengar, pemandangan yang dilihat, sensasi yang teraba di kulit, kesemuanya terekam secara berbarengan berkelindan dengan pikiran dan perasaan yang terbentuk bersamaan, itulah yang menjadikannya memorable.
Saya berharap, mudah-mudahan anak-anak cucu saya kelak mempunyai kuota memori penuh kesan yang besar untuk diingat di masa dewasanya. Oleh karena itu saya sebagai orang tuanya perlu membimbing mereka agar tidak disibukkan oleh gadget, dan memberi mereka peluang untuk bermain dengan permainan yang kongkrit di luar pemainan digital.
Minggu, Mei 10, 2020
Posts by : Admin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar