Senin, Januari 03, 2011

Syukur yang dalam

Salah satu hal terindah yang pernah Allah berikan kepada nurani kemanusiaan adalah rasa cinta pada anak. Anda tidak perlu mendaftar klub 'Sayang anak' agar punya perasaan cinta anak. Perangkat lunak itu sudah inheren dalam proses penciptaan manusia tanpa melihat ras, kulit, maupun agamanya. Kelembutan yang timbul di hari orang tua ketika melihat sosok mungil anak mereka bisa muncul tiba-tiba sekalipun di hati orang paling bengis seantero jagat. Begitu ajaib, sekaligus begitu kasat mata.

Bayi dan anak balita buat saya adalah sosok jujur. Tindak tanduk mereka alami, tanpa rekayasa tidak seperti halnya orang dewasa. mungkin ini salah satu rahasia kenapa nurani manusia manapun mudah disentuh oleh kejernihan anak-anak. Ga ada analisis, berpikir logis, dan kemelut di benak mereka. Alam pikiran bawah sadar begitu menguasainya, alam begitu menyatu dgn perilakunya. Merekalah air yang bening, udara yang mengalir, rumput yang segar, tetesan hujan gerimis, dan desiran dedaunan merdu. Rasul yang mulia menyebut keadaannya dengan 'fitrah', ia bak kertas putih kosong. Gres dari pabrik (orisinil wujudnya : buah tangan Sang Pencipta).

Ga perlulah kita ingin melihat laut merah terbelah. Tidak usah berharap melihat manusia suci terbang, buat apa berharap orang hebat merubah batu jadi emas. Keajaiban itu ada di sekitar kita, dan anak-anak adalah salah satunya yang Allah kirimkan sekaligus sebagai perhiasan untuk kita manusia.

Di antara banyak hal menakjubkan pada anak saya, ada satu perilakunya yang begitu lucu dan akhir-akhir ini selalu terbayang. Yaitu ekspresi kesenangannya. Misalnya sewaktu ibunya membelikan mainan mahkota yg ia dambakan. karena akhir-akhir ini terobsesi dgn cerita-cerita puteri Disney. Sesaat dia begitu gembira, 'matahari' kontan muncul di wajahnya, 'waaah...' ujarnya sambil tercekat, kayanya sulit menemukan kata lain untuk mengungkapkan kegembiraan. tp dr ekspresinya mudah sekali saya lihat sejuta kata kata gembira.'makasih umi makasih umi' berulang-ulang kali ia katakan. sesekali tertawa gemas, meremas-remas tangan dan tubuhnya sendiri... ga dimengerti, aneh, lucu, spontan dan....begitu murni...

Juga waktu kemarin malam menjelang tidur, seperti biasa susah sekali matanya menutup. Malah lain dan cari alasan buat tidak tidur. waktu dia menemukan donat lezat yang dipegang ibunya, maka keluar lagi 'matahari' itu menyemburat dari dirinya. matanya terbelalak seperti melihat emas segunung. "waaaaaahhhh...' ungkapnya pendek,tercekat seperti biasa. Senyum lebarnya menggelontorkanan air dingin glester di relung hati.

Itulah rasa syukur dalam bentuk 'default' yang keluar dari hati anak yang masih bening. Melihatnya saja begitu segar. Ga peduli harga benda yang kami beri, meski murah tapi ia selalu memandangnya seolah harta karun segunung.

Terima kasih ya Allah. Semoga nuansa kesejukan yang kami dapatkan memotivasi kami untuk merasakan kesejukan hakiki di taman syurga nanti

0 komentar:

Posting Komentar