Selasa, Desember 21, 2010

21 Desember 2010

Yap, menjelang akhir tahun.

Ada atmosfer 'melow' di sini. di kantor sudah sepi dari aktivitas, sebagian karyawan cuti tahunan. sedikit sekali di depan pintu yang berlalu lalang. Sunyi juga menyergap dan berkuasa, membungkam printer-printer dalam diam, setelah seminggu yang lalu menderu-deru siang sampai malam.

sebulan lewat, aku sudah melewati TOT Cawid penuh makna, 2 minggu menyusn dupak setebal 2 rim lebih, disusul cuti 1 minggu yang melegakkan sambil bersantai di rumah. Alhamdulillah berkesempatan melihat sendiri pertumbuhan pesat Tsurayya yang mulai lincah dan celembeng, mulai berputar-putar 350 derajat berulang-ulang. Sanggup berdiri sendiri hanya dengan tenaga dari 2 kakinya sendiri. Lalu disusul keajaiban-keajaiban lain yang ga pernah berhenti.

Badai kesibukan yang menggulung-gulung kini mereda, cuma ada deburan ringan amanah hidup yang perlu dituntaskan tanpa perlu tergesa-gesa. Tentu ada rasa lega dan tenang bahwa kesibukan itu berhasil ditempuh dengan sukses, bernilai, minim catatan merah. Tapi ketika kesibukan itu berlalu, ia - seperti biasa - meninggalkan jejak khas di pikiran yang masih tertegun terkesima.

Biar nanti saja aku urai arti dan esensi KESIBUKAN di kolom lain. di sini hanya ingin kutulis beberapa catatan kecil, yaitu :
1. Dengan sibuk, ternyata kita sadar, begitu banyak kewajiban yang kita miliki tapi selama ini terabaikan, atau malah tiba-tiba muncul ke permukaan alam sadar. Sensitifitas kita terhadap beban tanggung jawab semakin terasah.
Kesadaran terhadap yang satu ini berimplikasi terhadap rasa bersalah yang mendalam. Kita semakin merasa bersalah ketika teringat begitu banyak beban dan tanggung jawab yang terabai di masa-masa kita menikmati suasana santai dulu. sementara kita jalani waktu seperti mengendarai perahu yang mengalir mengikuti arus. Tanpa beban, enjoy menikmati pemandangan. padahal di saat yang sama, uluran2 tangan menghiba pertolongan, bantuan, dan petunjuk arah menanti-nanti kedatangan kita.

2. Kesibukan memunculkan potensi yang terpendam. Kita jadi tahu kita piawai membuat naskah ilmiah pas ketika kita dituntut membuat begitu banyak naskah ilmiah. kita semakin piawai mengendarai sepeda motor pas di waktu kita dituntut untuk banyak mengendarainya setiap hari. Siapa sangka kita begitu piawai sebagai public speaker saat dipaksa untuk ngajar dgn penampilan paling prima. Kesibukan juga akhirnya menuntut kita belajar membagi waktu dan pikiran. menjatah perhatian agar adil dan proporsional. potensi manajerial kita menajam. karena kita sungguh tidak ingin kesibukan membuat kita semakin banyak kehilangan kepribadian yang mulia, tanggung jawab, perasaan halus, dan kepekaan.

Begitu banyak jenis potensi dan sisi kepribadian yang terpendam dan menunggu untuk disentuh agar ia mencuat secara ajaib ke permukaan. Dan peluang ia untuk disentuh oleh sang pemilik adalah tentu dengan membuat variasi kegiatan yang disertai kesungguhan. Apa artinya bakat musisi sekelas Mozart kalo dia tidak pernah menyentuh alat musik dan belajar secara seksama....akan pergi ke mana ilmuwan kelas dunia jika dia tak berkesempatan mengecap bangku pendidikan, dan mau ditanya ke mana perginya mental para pejuang jika dia tidak biasa ditempa kesulitan dan kesabaran ?

3. Kesibukan walau bagaimanapun sebenarnya adalah karunia. Di saat sibuk otak kita bekerja, maka ia semakin cerdas. Otot kita bekerja, maka ia semakin kuat. Tubuh kita bekerja, maka ia semakin tangkas. Emosi kita bekerja, maka ia semakin matang. Ide kita bekerja, maka ia semakin berkembang. Betul ga sih?

Bagi saya, kesibukan adalah karunia. Untung saja Allah memberi jeda bagi istirahat dan meredam sementara kesibukan. Agar kita gunakan jeda itu untuk menata segala hal buat menyambut kesibukan berikutnya yang kembali akan menggulung-gulung....

0 komentar:

Posting Komentar