Selasa, April 02, 2013

Seperti Memutar Film

Ada sepenggal sejarah dalam hidupku yang membuat aku menghargai kilas balik suatu peristiwa. Yaitu kisah sedih tentang cara belajarku menjadi seorang ayah (tak kuceritakan di sini). Tahukah kawan, Saat kita menonton film rasanya mudah sekali pikiran kita dimanipulasi oleh skenario yang membawa kita melompat dari satu waktu pagi ke pagi lain. Satu tahun melompat ke beberapa tahun berikutnya. Atau dari satu generasi ke beberapa abad generasi berikutnya. Hanya dalam hitungan menit. Kitapun memaklumi dan tidak memprotesnya karena di film itu ada narasi yang membantu merangkai cerita, tidak semua adegan dalam film itu bisa kita ingat, tapi ketahuilah bahwa setiap adegan, perkataan tokoh, maupun pengambilan scence dalam film itu berkaitan, ga dibuat dengan sia-sia, dan disusun untuk membangun konsep cerita sampai membentuk jalinan kisah yang utuh. Tapi otak kita ga bisa merekam semua. Hanya beberapa adegan yang 'ingin' kita ingat.

Tapi apa yang terjadi dengan cerita hidup kita. Menurutku, kita sering menganggap hidup kita seperti film-film itu. Berputar saja mengikuti jalannya waktu, ada banyak cerita dan peran utama atau peran pembantu di dalamnya. Ada riuh rendah suara, stress dan gembira, letih penat lalu bergantu suka bahagia. Ada yang happy ending tapi kadang berakhir sedih. Kalo sudah tuntas satu judul, kitapun memutar judul yang lain. Yang paling sedih, semua pengalaman itu sering tak berbekas, seolah menguap di udara.


Beruntung sekali...Ya..Beruntung sekali kita ketika seorang sahabat nabi saw menyuruh kita untuk rajin menghisab diri, melakuka introspeksi. Buat memiliki satu waktu pribadi untuk menyendiri dan me-review apa yang kita lakukan di waktu-waktu yang lalu, atau yang baru saja kita lakukan. Bukan sekedar mengingat peristiwa atau nama-nama, juga bukan untuk mengenang kejadian. Tapi esensinya untuk melihat lebih ke dalam diri. Menelisik apa yang biasanya tak tampak di mata orang biasa.

Muhasabah diri itu sungguh ajaran permata. Yang mengajarkan kepada kita memungut kembali hikmah yang sempat terserak dan tenggelam dimakan zaman. Ada rekaman dalam memori kita yang bisa kita putar meski tidak menyuguhkan detil sempurna seperti Media player di komputer. Tapi kita bisa mengambil sudut pandang lain dalam flash back itu, menemukan bulir-bulir kesejukkan seperti embun yang merayap turun, tak pernah kering, hanya menunggu ditemukan dan diambil.

Di titik ini pula kita belajar bahwa masa lalu adalah perbendaharaan ilmu yang tak terbatas. Entah itu sedetik, setahun, atau seabad yang lalu meski waktu telah menguburnya, tapi ada dimensi misteri yang setia untuk  bercerita kepada kita tentang apa yang telah diperbuat manusia di zamannya.

Putarlah waktu ke masa lalu,  kita akan ketemu teguran yang membuat tergugah dan insyaf
Putarlah waktu ke masa lalu, bisa jadi kita temui sosok kuat yang membuat kita merasa malu karena kelemahan kita sekarang
Putarlah waktu ke masa lalu, di sana ada berjajar orang-orang menyimpan harapan besar kepada kita
Putarlah waktu ke masa lalu, ketika kejernihan itu begitu membiaskan cahaya-cahaya indah ke dalam jiwa kita.
Miliki waktu muhasabah itu dan putarlah waktu. Kita akan melihat dengan izin Allah, bahwa tidak ada episode yang sia-sia. Semuanya terangkai dan tersusun....Membentuk diri kita saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar